Peninggalan Kerajaan Tarumanegara – Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan Hindu-Budha yang ada di Indonesia. Kerajaan ini pertama kali didirikan pada abad ke-4 atau sekitar tahun 358 Masehi. Adapun letak kerajaan Tarumanegara ada di sebagian besar wilayah barat Pulau Jawa.
Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu di Indonesia yang beraliran Wisnu. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, diperkirakan pusat pemerintahan Tarumenegara ada di wilayah Bogor. Sementara wilayah kekuasaannya membentang mulai dari Banten, Jakarta, sampai Cirebon.
Nama-nama raja yang memerintah Kerajaan Tarumenegara antara lain adalah Jayasingawarman, Dharmayawarman, Purnawarman, hingga Linggawarman. Kerajaan Tarumanegara kemudian runtuh sekitar abad ke-7, kemungkinan disebabkan tekanan Kerajaan Sriwijaya yang melakukan ekspansi wilayah.
Ada banyak peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan, baik berupa candi, prasasti atau kitab. Kebanyakan situs bersejarah peninggalan Tarumanegara ditemukan di wilayah Kabupaten Bogor, Jakarta atau Lebak dan wilayah-wilayah di sekitarnya.
(baca juga peninggalan Kerajaan Kediri)
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Nah di bawah ini akan dijelaskan mengenai situs sejarah peninggalan Kerajaan Tarumanegara, baik berupa candi, prasasti, arca, kitab dan situs arkeologi lain dalam sejarah Kerajaan Tarumanegara.
1. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, yang kini masuk dalam wilayah Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada batu andesit berbentuk bulat telur dengan tinggi 1 meter. Prasasti Tugu menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansakerta.
Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
2. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemukan di kampung Muara Hilir, kecamatan Cibungbulang, Bogor. Penemuan terjadi pada abad ke-19 ketika diadakan penebangan hutan untuk pembukaan perkebunan kopi.
Prasasti ini berbentuk bekas dua kaki gajah, yang disamakan dengan kaki gajah Airawata, yang merupakan gajah tunggangan Dewa Wisnu. Prasasti Kebon Kopi ini ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
3. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu pertama kali ditemukan oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854 di Bukit Koleangkak. Lokasi ditemukannya prasasti ini masuk ke dalam wilayah perkebunan karet Sadeng Djamboe yang terletak di Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Prasasti ini ditulis dalam dua baris tulisan Pallawa dan berbahasa Sanskerta serta terdapat gambar telapak kaki. Isi Prasasti Jambu ini berisi tentang pujian pada Raja Purnawarman. Prasasti ini juga disebut sebagai Prasasti Koleangkak karena ditemukan di Bukit Koleangkak.
4. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi sudah ditemukan sejak tahun 1864. Letaknya ada di lereng selatan Bukit Pasir Awi yang terletak di dalam kawasan hutan di perbukitan sebelah barat daerah Cipamingkis, Desa Sukanegara, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor.
Prasasti ini berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki. Tidak ada aksara yang bisa dibaca pada prasasti ini. Prasasti ini sendiri ditemukan pertama kali oleh arkeolog Belanda, N.W. Hoepermans. S.
5. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pertama kali di tepi aliran Sungai Ciaruteun, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor pada tahun 1863. Prasasti ini ditulis dalam aksara Palawa dan bahasa Sansakerta sebanyak 4 baris. Selain itu, terdapat gambar laba-laba dan sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Isi Prasasti Ciaruteun ini menginformasikan adanya kerajaan bernama Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman beserta dewa yang dipuja, yakni Dewa Wisnu. Prasasti ini juga dikenal dengan sebutan Prasasti Ciampea. Kini prasasti ini disimpan dalam cungkup di Kecamatan Cibungbulang.
6. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten ditemukan di tepi Sungai Cianten di Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti Muara Cianten ini dipahatkan pada batu besar dan alami. Prasasti ini ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.
Prasasti ini berupa pahatan gambar sulur-suluran (pilin) dengan aksara ikal atau huruf sangkha. Isi Prasasti Muara Cianten ini masih belum diketahui sampai sekarang, karena tulisannya tak terbaca. Prasasti ini juga kurang terawat dan keadaannya kurang baik.
7. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang ditemukan pada tahun 1947 di kampung Lebak di tepi Sungai Cidanghiang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Karena itulah, prasasti ini juga disebut sebagai Prasasti Lebak. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansakerta yang dipahat.
Isi dari Prasasti Cidanghiyang tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. Tulisan di prasasti ini berbunyi ‘Inilah tanda keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja’.
8. Pecandian Batujaya
Selain prasasti, juga terdapat candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Salah satunya adalah kompleks Pecandian Batujaya, yang terletak di Desa Sagaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang dan diperkirakan sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik. Diperkirakan terdapat 62 candi dalam kompleks Pecandian Batujaya ini, termasuk 4 situs candi yang telah dipugar, yakni Candi Jiwa, Candi Serut, Candi Blorongan, dan Candi Sumur.
9. Percandian Cibuaya
Percandian Cibuaya juga termasuk salah satu candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Letaknya ada di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1951 dan terus dikembangkan penemuannya dari tahun ke tahun.
Dalam situs ini terdapat beberapa benda purbakala diantaranya berbentuk arca dan lingga. Terdapat beberapa bangunan candi yang ditemukan di situs Cibuaya, termasuk juga bangunan candi di Lemah Duhur Lanang yang ukurannya paling besar.
Nah itulah macam-macam peninggalan kerajaan Tarumanegara, baik yang berupa candi, prasasti, dan situs arkeologi lainnya. Semoga bisa menambah wawasan dan referensi sejarah.
Facebook Tweet Whatsapp