Kerajaan Islam di Indonesia – Masuknya penyebaran agama Islam di Indonesia disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Sejarah kerajaan Islam di Indonesia dimulai sejak abad ke-11 Masehi, seiring dengan runtuhnya kerajaan Budha dan Hindu yang ada di Indonesia. Masa kejayaan kerajaan Islam di Indonesia berlangsung antara abad ke 13 sampai abad ke 16 Masehi.
Latar belakang munculnya kerajaan Islam di Indonesia pun didorong oleh perdagangan laut antar pedagang Islam dari Arab, Persia, India, Afrika, dan sebagainya. Kerajaan-kerajaan Islam pun mulai bermunculan, baik di daerah Sumatera, Jawa, Maluku, serta di Sulawesi, beberapa yang terkenal adalah Samudera Pasai, Cirebon, Demak, Banten, Mataram, Ternate, Tidore, dan Gowa.
Berdirinya kerajaan Islam juga turut menyebarkan agama Islam di Indonesia. Terdapat beberapa pusat pengkajian ilmu agama Islam dan pesantren-pesantren akibat berdirinya kerajaan Islam ini. Di tanah Jawa, era kerajaan Islam pun tak bisa dipisahkan dari wali songo yang merupakan tokoh yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.
Kerajaan Islam juga memiliki andil dalam menjaga wilayah Nusantara dari penjajah asing, seperti Spanyol, Portugis, dan tentu saja Belanda lewat VOC-nya. Saat Indonesia merdeka, beberapa kesultanan yang masih berdiri dan bertahan pun melebur dan bergabung dengan wilayah NKRI.
(baca juga kerajaan Hindu tertua di Indonesia)
Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Berikut ini adalah nama nama kerajaan Islam di Indonesia yang besar dan terkenal beserta sejarah, tahun berdiri dan tahun runtuhnya, masa kejayaannya, pusat pemerintahannya, serta nama-nama raja atau sultan yang pernah berkuasa.
Kerajaan Perlak
Kesultanan Perlak atau Peureulak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berpusat di wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh. Kerajaan ini diklaim sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Perlak pertama berdiri antara tahun 840 M sampai runtuh sekitar tahun 1292 M.
Kerajaan ini sempat menjadi pelabuhan niaga yang maju karena letaknya yang strategis dan dekat dengan jalur perdagangan di Selat Malaka. Perlak juga dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yang bagus untuk membuat kapal. Kebanyakan pedagang dari Arab dan Persia singgah disini untuk berdagang.
Datangnya saudagar dari Timur Tengah juga membuat perkembangan agama Islam di daerah Aceh Timur menjadi cukup pesat. Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang saat itu berada di bawah masa pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir.
Daftar Sultan Kerajaan Perlak
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932-956)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara pulau Sumatera. Pusatnya dekat dengan sekitar kota Lhokseumawe dan Aceh Utara di provinsi Aceh. Kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kesultanan Pasai atau Samudera Darussalam. Kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Awalnya kerajaan Samudera Pasai didirikan pada tahun 1267 M dan kemudian runtuh pada tahun 1521 M akibat serangan dari Portugis yang masuk ke wilayah Sumatera. Raja pertama Samudera Pasai adalah Sultan Malik as-Saleh, ama aslinya adalah Marah Silu.
Sejarah kerajaan Samudera Pasai dapat ditemukan bersumberkan dari hikayat raja-raja Pasai, serta penemuan makam raja dan koin emas di era tersebut. Bukti keberadaan kerajaan ini juga tertera pada kitab karya musafir Maroko bernama Abu Abdullah ibn Batuthah yang terkenal.
Daftar Sultan Kerajaan Samudera Pasai
- Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu) (1267-1297)
- Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I (1297-1326)
- Sultan Ahmad I (1326-1336)
- Sultan Al-Malik azh-Zhahir II (1336-1349)
- Sultan Zainal Abidin I (1349-1406)
- Ratu Nahrasyiyah (1406-1428)
- Sultan Zainal Abidin II (1428-1438)
- Sultan Shalahuddin (1438-1462)
- Sultan Ahmad II (1462-1464)
- Sultan Abu Zaid Ahmad III (1464-1466)
- Sultan Ahmad IV (1466-1466)
- Sultan Mahmud (1466-1468)
- Sultan Zainal Abidin III (1468-1474)
- Sultan Muhammad Syah II (1474-1495)
- Sultan Al-Kamil (1495-1495)
- Sultan Adlullah (1495-1506)
- Sultan Muhammad Syah III (1506-1507)
- Sultan Abdullah (1507-1509)
- Sultan Ahmad V (1509-1514)
- Sultan Zainal Abidin IV (1514-1517)
Kerajaan Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh Darussalam atau Aceh saja, merupakan sebuah kerajaan Islam yang berpusat di provinsi Aceh di ujung pulau Sumatera. Kerajaan ini didirikan pertama pada tahun 1496 M sebelum akhirnya runtuh pada tahun 1903 M. Sultan pertama kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah.
Pusat pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam ada di kota Banda Aceh, dan sempat berpindah ke kota Keumala sejak tahun 1873 M. Kerajaan ini dikenal memiliki ideologi untuk menentang imperialisme bangsa Eropa yang di era itu mulai datang ke Indonesia.
Sistem pemerintahan pada Kesultanan Aceh Darussalam juga teratur dan sistematik, dengan pengembangan pusat pengkajian ilmu pengetahuan, termasuk ilmu fiqih Islam. Kesultanan Aceh akhirnya runtuh pada 1903 M setelah menyerah kepada pihak Belanda.
Daftar Sultan Kerajaan Aceh Darussalam
- Sultan Ali Mughayat Syah bin Sultan Syamsu Syah (1496-1528)
- Sultan ‘Adilullah bin Munawwar Syah (1528-1540)
- Sultan ‘Ali Ri’ayah Syah bin Munawwar Syah (1540)
- Sultan Salahuddin bin Ali Malik az Zahir (1530-1537)
- Sultan Alauddin bin Ali Malik az Zahir (1537-1568)
- Sultan Ali bin Alauddin Malik az Zahir (1568-1575)
- Sultan Muda (1575)
- Sultan Sri Alam (1575-1576)
- Sultan Zainal Abidin ibn Abdullah (1576-1577)
- Sultan Alauddin Mansur Syah ibn Ahmad (1577-1589)
- Sultan Ali ibn Munawar Syah (1589-1596)
- Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604)
- Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
- Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636)
- Sultan Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah (1636-1641)
- Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675)
- Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam (1675-1678)
- Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah (1678-1688)
- Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah (1688-1699)
- Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin (1699-1702)
- Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
- Sultan Jamalul Alam Badrul Munir (1703-1726)
- Sultan Jauharul Alam Aminuddin (1726)
- Sultan Syamsul Alam (1726-1727)
- Sultan Alauddin Ahmad Syah (1727-1735)
- Sultan Alauddin Johan Syah (1735-1760)
- Sultan Alauddin Mahmud Syah I (1760-1764)
- Sultan Badruddin Johan Syah (1764-1765)
- Sultan Alauddin Mahmud Syah I (1765-1773)
- Sultan Sulaiman Syah (1773)
- Sultan Alauddin Mahmud Syah I (1773-1781)
- Alauddin Muhammad Syah (1781-1795)
- Sultan Alauddin Jauhar al-Alam (1795-1823)
- Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1820)
- Sultan Alauddin Jauhar al-Alam (1795-1823)
- Sultan Muhammad Syah (1823-1838)
- Sultan Sulaiman Ali Iskandar Syah (1838-1857)
- Sultan Mansur Syah (1857-1870)
- Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
- Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam yang berada di provinsi Jawa Barat. Kerajaan ini berjaya pada abad 15 sampai 16 Masehi. Cirebon pertama berdiri pada tahun 1430 M dan kemudian runtuh pada tahun 1677 M. Cirebon menjadi salah satu kerajaan Islam ternama yang menjadi pelabuhan penting sebagai jalur perdagangan dan pelayaran di era tersebut.
Pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon ada di pantai utara Jawa yang menjadi perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Cirebon pun memadukan dua budaya, yakni kebudayaan Jawa dan kebudayaan Sunda. Kesultanan Cirebon menjadi pusat kebudayaan di tanah Jawa sekaligus penyebaran agama Islam.
Kesultanan Cirebon akhirnya runtuh pada tahun 1677 Masehi, karena terjadi pembagian menjadi kesultanan Kasepuhan yang dipimpin Pangeran Martawijaya, kesultanan Kanoman yang dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya, serta Panembahan Cirebon yang dipimpin Pangeran Wangsakerta.
Daftar Sultan Kerajaan Cirebon
- Sultan Cirebon I Pangeran Walangsungsang (1430-1479)
- Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung Jati (1479-1568)
- Fatahillah (1568-1570)
- Sultan Zainul Arifin / Panembahan Ratu I (1570-1649)
- Sultan Abdul Karim / Panembahan Girilaya (1649-1677)
Kerajaan Demak
Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan ini juga menjadi kerajaan Islam terbesar di wilayah pantai utara Jawa. Sebelumnya Demak merupakan kadipaten peninggalan kerajaan Majapahit yang kemudian muncul menjadi kekuatan baru. Demak berdiri sejak tahun 147 M sampai runtuh di tahun 1554 M.
Hadirnya kerajaan Demak menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa, dan bahkan di Indonesia. Demak berdiri setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, ditandai dengan berdirinya kota pelabuhan Demak yang sekarang menjadi kota Demak di provinsi Jawa Tengah.
Kerajaan Demak tidak bertahan lama dan mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Demak runtuh di tahun 1554 M dan menjadi bagian dari Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, setelah ia menaklukkan Arya Penangsang selaku raja Demak yang terakhir sebelum runtuh.
Daftar Sultan Kerajaan Demak
- Raden Fatah (1475-1518)
- Pati Unus (1518-1521)
- Trenggana (1521-1546)
- Sunan Prawata (1546-1547)
- Arya Penangsang (1547-1554)
Kerajaan Banten
Kesultanan Banten adalah kerajaan Islam yang berpusat di Tatar Pasunda, provinsi Banten. Banten pertama berdiri pada tahun 1526 M sebelum akhirnya runtuh di tahun 1813 M. Berdirinya kesultanan Banten juga tak lepas dari munculnya kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak yang memperluas kekuatan dan pengaruhnya hingga ke pesisir barat pulau Jawa.
Kesultanan Banten menjadi kesultanan yang mandiri pada tahun 1552 setelah Maulana Hasanuddin ditasbihkan oleh ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati sebagai Sultan di Banten. Banten juga dikenal sebagai kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya.
Kerajaan Banten mampu mempertahankan kejayaan selama hampir 3 abad, meski juga terus digempur oleh bangsa Eropa. Masa kejayaan kesultanan Banten terjadi saat kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa antara tahun 1651 sampai 1682 M. Namun akhirnya Banten runtuh pada tahun 1813 M akibat pengaruh kekuatan Hindia-Belanda
Daftar Sultan Kerajaan Banten
- Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570)
- Sultan Maulana Yusuf (1570-1585)
- Sultan Maulana Muhammad (1585-1596)
- Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1647)
- Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad (1647-1651)
- Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683)
- Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (1683-1687)
- Sultan Abu al-Fadhl Muhammad Yahya (1687-1690)
- Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin (1690-1733)
- Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin (1733-1750)
- Sultan Syarifuddin Ratu Wakil2 (1750-1752)
- Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi (1752-1753)
- Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulasyiqin (1753-1773)
- Sultan Aliyuddin I (1773-1799)
- Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1801)
- Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1801-1802)
- Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
- Sultan Aliyuddin II (1803-1808)
- Sultan Wakil Pangeran Suramenggala (1808-1809)
- Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (1809-1813)
Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan Islam yang pusat pemerintahannya ada di provinsi Jawa Tengah. Kesultanan ini merupakan kelanjutan dari kesultanan Demak. Pajang pertama berdiri pada tahun 1568 M dan kemudian runtuh pada tahun 1586 M.
Kesultanan Pajang merupakan kerajaan pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah runtuhnya kerajaan Islam di daerah pantai utara pesisir. Pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir yang kemudian dikenal dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Usai Hadiwijaya lengser, sempat terjadi perebutan kekuasaan antara anaknya dan menantunya. Hal ini kemudian memicu serangkaian peristiwa sebelum Pajang runtuh di tahun 1587. Usai runtuh, Pajang dijadikan sebagai bawahan dari kesultanan Mataram Islam.
Daftar Sultan Kerajaan Pajang
- Sultan Hadiwijaya / Jaka Tingkir (1568-1583)
- Sultan Ngawantiputra / Arya Pangiri (1583-1586)
- Sultan Prabuwijaya / Pangeran Benawa (1586-1587)
Kerajaan Mataram Islam
Kesultanan Mataram Islam adalah kerajaan bercorak Islam yang ada di pulau Jawa pada abad ke 17 M. Kerajaan ini awalnya hanya bernama Mataram, namun sering disebut sebagai Mataram Islam atau Mataram Baru, untuk membedakan dengan Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu.
Kerajaan ini dipimpin dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang. Raja pertamanya adalah Sutawijaya atau Panembahan Senapati, putra dari Ki Ageng Pemanahan.
Pada masa kejayaannya, kerajaan Mataram Islam pernah menyatukan tanah Jawa dan berperang melawan VOC dari pihak Belanda. Mataram Islam kemudian runtuh akibat adanya pemberontakan serta kekuasaan dan campur tangan dari pihak VOC.
Daftar Sultan Kerajaan Mataram Islam
- Ki Ageng Pamanahan (1556-1584)
- Panembahan Senapati (1584-1601)
- Raden Mas Jolang (1601-1613)
- Raden Mas Rangsang (1613-1646)
- Amangkurat I (1646-1676)
- Amangkurat II (1677-1703)
Kerajaan Ternate
Kesultanan Ternate merupakan slaah satu kerajaan Islam di kepulauan Maluku. Kerajaan ini disebut juga sebagai Kerajaan Gapi. Ternate pertama didirikan pada tahun 1257 M sampai tahun 1950 M. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara.
Masa kejayaan Kesultanan Ternate terjadi di abad 16, dimana wilayahnya dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di seluruh dunia. Selain itu kekuasaan Ternate juga meluas berkat kekuatan militernya, hingga meluas sampai wilayah Sulawesi, Filipina dan kepulauan Marshall di Pasifik.
Kerajaan Ternate kemudian sempat mengalami kemunduran hingga runtuh di awal abad 17. Namun pengaruh Ternate masih cukup besar di wilayah Indonesia Timur, bahkan sampai Indonesia merdeka. Kesultanan Ternate kemudian melebur dengan Indonesia, dan hingga kini simbol budaya Kesultanan Ternate masih tetap ada.
Daftar Sultan Kerajaan Ternate
- Baab Mashur Malamo (1257-1277)
- Jamin Qadrat (1277-1284)
- Komala Abu Said (1284-1298)
- Bakuku (Kalabata) (1298-1304)
- Ngara Malamo (Komala) (1304-1317)
- Patsaranga Malamo (1317-1322)
- Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) (1322-1331)
- Panji Malamo (1331-1332)
- Syah Alam (1332-1343)
- Tulu Malamo (1343-1347)
- Kie Mabiji (Abu Hayat I) (1347-1350)
- Ngolo Macahaya (1350-1357)
- Momole (1357-1359)
- Gapi Malamo I (1359-1372)
- Gapi Baguna I (1372-1377)
- Komala Pulu (1377-1432)
- Marhum (Gapi Baguna II) (1432-1486)
- Zainal Abidin (1486-1500)
- Sultan Bayanullah (1500-1522)
- Hidayatullah (1522-1529)
- Abu Hayat II (1529-1533)
- Tabariji (1533-1534)
- Khairun Jamil (1535-1570)
- Babullah Datu Syah (1570-1583)
- Said Barakat Syah (1583-1606)
- Mudaffar Syah I (1607-1627)
- Hamzah (1627-1648)
- Mandarsyah (1648-1650)
- Manila (1650-1655)
- Mandarsyah (1655-1675)
- Sibori (1675-1689)
- Said Fatahullah (1689-1714)
- Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin (1714-1751)
- Ayan Syah (1751-1754)
- Syah Mardan (1755-1763)
- Jalaluddin (1763-1774)
- Harunsyah (1774-1781)
- Achral (1781-1796)
- Muhammad Yasin (1796-1801)
- Muhammad Ali (1807-1821)
- Muhammad Sarmoli (1821-1823)
- Muhammad Zain (1823-1859)
- Muhammad Arsyad (1859-1876)
- Ayanhar (1879-1900)
- Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) (1900-1902)
- Haji Muhammad Usman Syah (1902-1915)
- Iskandar Muhammad Jabir Syah (1929-1950)
Kerajaan Tidore
Kesultanan Tidore merupakan salah satu kerajaan Islam di kepulauan Maluku. Pusat pemerintahannya ada di kota Tidore, Maluku Utara. Kerajaan Tidore ini pertama didirikan pada 1081 M sampai tahun 1950 M saat melebur ke wilayah Indonesia yang sudah merdeka.
Masa kejayaan kerajaan Tidore terjadi pada abad 16 sampai abad 18 M. Saat itu wilayah Tidore terus meluas sampai wilayah pesisir Papua Barat. Tidore juga sempat berselisih dengan Kesultanan Ternate yang juga kerajaan Islam di Maluku. Kedua kesultanan ini sempat mendapat dukungan, masing-masing dari Spanyol dan Portugis.
Saat masa jajahan Belanda ke Indonesia, Tidore tetap menjadi kerajaan merdeka dan menolak penguasaan VOC di tanah Maluku. Meski begitu VOC tetap mampu mengontrol perdagangan rempah-rempah di wilayah Tidore sehingga menyebabkan kerugian bagi Tidore.
Daftar Sultan Kerajaan Tidore
- Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq
- Kolano Bosamawange
- Kolano Syuhud alias Subu
- Kolano Balibunga
- Kolano Duko adoya
- Kolano Kie Matiti
- Kolano Seli
- Kolano Matagena
- Kolano Nuruddin (1334-1372)
- Kolano Hasan Syah (1372-1405)
- Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin (1495-1512)
- Sultan Al Mansur (1512-1526)
- Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain (1526-1535)
- Sultan Kiyai Mansur (1535-1569)
- Sultan Iskandar Sani (1569-1586)
- Sultan Gapi Baguna (1586-1600)
- Sultan Mole Majimo alias Zainuddin (1600-1626)
- Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah (1626-1631)
- Sultan Gorontalo alias Saiduddin (1631-1642)
- Sultan Saidi (1642-1653)
- Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin (1653-1657)
- Sultan Saifuddin alias Jou Kota (1657-1674)
- Sultan Hamzah Fahruddin (1674-1705)
- Sultan Abdul Fadhlil Mansur (1705-1708)
- Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia (1708-1728)
- Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan (1728-1757)
- Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin (1757-1779)
- Sultan Patra Alam (1780-1783)
- Sultan Hairul Alam Kamaluddin Asgar (1784-1797)
- Sultan Syaidul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad (1797-1805)
- Sultan Zainal Abidin (1805-1810)
- Sultan Motahuddin Muhammad Tahir (1810-1821)
- Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah (1821-1856)
- Sultan Achmad Syaifuddin Alting (1856-1892)
- Sultan Achmad Fatahuddin Alting (1892-1894)
- Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan (1894-1906)
- Sultan Zainal Abidin Syah (1947-1950)
Kerajaan Gowa
Kesultanan Gowa atau ditulis Goa, merupakan salah satu kerajaan Islam di Sulawesi Selatan. Gowa menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar dan tersukses di Sulawesi Selatan. Pusat pemerintahannya ada di Gowa dan daerah di sekitarnya. Gowa berdiri sejak tahun 1300 M dan kemudian runtuh pada tahun 1946 M.
Sebelumnya kerajaan Gowa merupakan bentuk penyatuan dari Kesultanan Gowa dan Tallo. Kerajaan Gowa memiliki raja yang terkenal yakni Sultan Hasanuddin. Ia dikenal sebagai pejuang yang gigih dan terlibat dalam Perang Makassar melawan VOC yang dibantu Kesultanan Bone pimpinan Arung Palakka.
Puncak keemasan kesultanan Gowa terjadi pada abad ke 17 M. Namun kekuasaan Gowa mulai menurun saat pihak Belanda masuk ke Indonesia. Usai Indonesia merdeka, Kerajaan Gowa pun memutuskan melebur dan berubah menjadi daerah tingkat II Kabupaten Gowa.
Daftar Sultan Kerajaan Gowa
- Tumanurung Bainea
- Tumassalangga Baraya
- Puang Loe Lembang
- I Tuniatabanri
- Karampang ri Gowa
- Tunatangka Lopi
- Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
- Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
- Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna
- I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
- I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
- I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590)
- I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593)
- I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin I Tuminanga ri Gaukanna (1593-1639)
- I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga (1639-1653)
- I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga (1653-1669)
- I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu’ (1669-1681)
- Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara (1674-1677)
- I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga 1677-1709)
- La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
- I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
- I Manrabbia Sultan Najamuddin
- I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi (1735)
- I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
- I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
- Amas Madina Batara Gowa (1747-1795)
- I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
- I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
- I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
- I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
- La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
- I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga (1826-1893)
- I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga (1893-1895)
- I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang (1895-1906)
- I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur (1936-1946)
- Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1946-1950)
Kerajaan Islam di Sumatera
- Kerajaan Jeumpa
- Kesultanan Peureulak
- Kesultanan Samudera Pasai
- Kesultanan Lamuri
- Kerajaan Pedir
- Kerajaan Daya
- Kerajaan Linge
- Kesultanan Aceh
- Kesultanan Indrapura
- Kerajaan Pagaruyung
- Kerajaan Siguntur
- Kerajaan Sungai Pagu
- Kerajaan Bungo Setangkai
- Kesultanan Jambi
- Kesultanan Serdang
- Kesultanan Asahan
- Kesultanan Deli
Kerajaan Islam di Jawa
- Kesultanan Cirebon
- Kesultanan Demak
- Kesultanan Banten
- Kesultanan Pajang
- Kesultanan Mataram Islam
- Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
- Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kerajaan Islam di Kalimantan
- Kesultanan Pasir
- Kesultanan Banjar
- Kesultanan Kotawaringin
- Kerajaan Pagatan
- Kesultanan Sambas
- Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
- Kesultanan Berau
- Kesultanan Sambaliung
- Kesultanan Gunung Tabur
- Kesultanan Pontianak
- Kerajaan Tidung
- Kerajaan Tidung Kuno
- Kesultanan Bulungan
Kerajaan Islam di Sulawesi
- Kesultanan Gowa
- Kesultanan Buton
- Kesultanan Bone
- Kesultanan Tallo
- Kerajaan Banggai
Kerajaan Islam di Maluku
- Kesultanan Ternate
- Kesultanan Tidore
- Kesultanan Jailolo
- Kesultanan Bacan
- Kerajaan Tanah Hitu
- Kerajaan Iha
- Kerajaan Huamual
Nah itulah referensi kerajaan Islam di Indonesia beserta sejarah, lokasi, pusat pemerintahan, masa kejayaan, tahun berdiri, dan nama-nama raja atau sultan yang memerintah. Semoga bisa menjadi referensi tentang sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
Facebook Tweet Whatsapp